[:id]Farmasi UNHAS laksanakan workshop dan FGD perluasan kerjasama dengan mitra potensial dalam mendukung program MBKM[:]
[:id]Dalam rangka menjembatani harapan mitra dengan implementasi penyelenggaraan program studi di luar kampus, fakultas farmasi mengundang stakeholder yang berasal dari Rumah sakit, puskesmas, industri, PBF dan apotek untuk hadir dalam kegiatan Focused Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan pada sabtu 4 juni 2022. Kegiatan ini dibuka langsung oleh dekan fakultas farmasi UNHAS, Prof. Subehan, M.Pharm.Sc., PhD, Apt. sekaligus menyampaikan sambutannya kepada peserta FGD termasuk mitra kerjasama yang turut hadir. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan harapan agar mitra kerjasama bisa memberikan masukan agar perguruan tinggi dapat memberikan bekal pengetahuan yang saat ini diperlukan oleh para mahasiswa calon lulusan.
Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan materi yang dibawakan oleh Dr. Ida Leida M, SKM., MKM., MScPH dengan topik Pentingnya Perluasan Kerjasama pada Program Studi Sarjana Farmasi dalam Mendukung Kegiatan MBKM di UNHAS. Dalam materi ini, beliau menyampaikan bahwa mahasiswa sudah banyak mendapatkan manfaat dari program mbkm karena mahasiswa yang mengikuti program ini dapat belajar secara langsung di tempat kerja dan perusahaan juga menerima manfaat karena mahasiswa yang direkrut juga mampu bekerja sama dengan pihak mereka.
Kegiatan mbkm merupakan program kementerian pendidikan dan kebudayaan yang diatur dalam permendikbud no 3 tahun 2020. Di dalam pelaksanaannya, mahasiswa dapat mengambil kegiatan belajar dalam bentuk magang di luar kampus dan kegiatan ini akan diakui dalam bentuk sejumlah sks sehingga mahasiswa tetap mendapatkan kredit untuk pelaksanaan kegiatannya.
Dalam kegiatan workshop dan FGD ini, mitra potensial fakultas farmasi juga difasilitasi untuk menyampaikan harapan harapannya terhadap perguruan tinggi agar lulusan yang dihasilkan mampu beradaptasi dan berkembang di dunia kerja khusunya di bidang farmasi. Di antara beberapa penyampaian dari stakeholder yakni:
Dari Perwakilan Hisfardis (Himpunan Seminat Farmasi Distribusi) mengharapkan agar apoteker UNHAS mampu menerjemahkan kebijakan seperti peraturan menteri terkait dengan kebijakan distribusi yang dikaitkan dengan keahlian dan kompetensinya sebagai apoteker.
Dari perwakilan Hisfarsi (Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit):
Kompetensi apoteker UNHAS sudah baik dan tidak perlu dipertanyakan. Namun, kemampuan komunikasi, kepercayaan diri dan kemauan untuk tampil di hadapan publik mahasiswa lulusan PSPA unhas sangat kurang dan perlu ditingkatkan. Stakeholder juga menyarankan agar fakultas farmasi UNHAS menggaet RS yang betul-betul menjalankan manajemen dan farmasi kliniknya.
Perwakilan GP Farmasi Makassar juga turut memberikan masukan di antaranya terkait dengan bagaimana standar kualitas mahasiswa untuk menganalisis kasus berbasis project.
“Sebaiknya nine-stars farmasi sudah didengungkan dari awal karena dari nilai-nilai itu sudah banyak softskills yang diperlukan untuk menjawab project case based. Program MBKM ini bagus karena dapat menjembatani mahasiswa untuk berkolaborasi dengan jurusan lain. namun kalau mahasiswa tidak siap maka ini yang akan menjadi kendala”, tutur Pak Septian Suryo selaku perwakilan dari GP Farmasi.
Menurutnya, aktifitas mahasiswa dalam organisasi juga penting. BEM perlu dilibatkan dalam kegiatan MBKM karena menurutnya, mahasiswa yang mampu menjawab kasus project base adalah sebagian besar merupakan mahasiswa yang aktif di organisasi. Oleh karena itu, menurut Septian, BEM bisa menjadi senjata yang ampuh untuk melatih kolaborasi dan koordinasi namun banyak lulusan yang tidak tertarik berorganisasi karena kesannya terhadap BEM belum baik. Sehingga perlu dibenahi.
Apoteker juga sebaiknya dilibatkan dalam program MBKM. Meskipun PSPA belum masuk di program MBKM, sebaiknya mahasiswa calon apoteker perlu dilibatkan. Oleh karena itu MBKM ini sebaiknya tidak menjadi sekedar pilihan saja tetapi bisa menjadi MK wajib.
Dari perwakilan Puskesmas:
Dengan adanya ws seperti ini, puskesmas bisa mengetahui dan menyadari bahwa mahasiswa bisa mengambil MK di puskesmas. Sebagai instansi pelayanan yang bergelut di pelayanan kesehatan dasar, banyak pekerjaan kefarmasian yang harus dilakukan di puskesmas. Sedangkan jumlah tenaga kefarmasian di puskesmas tidak mencukupi. Program magang ini dirasa mampu menjawab tantangan ini. Dan kampus bisa memfasilitasi pembekalan dimulai dari semester awal hingga kira-kira semester 5 sehingga pada saat magang dilakukan, mahasiswa sudah siap di lapangan.
Menanggapi hal tersebut Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan, Ibu Yulia Yusrini Djabir, MBM.Sc., PhD, Apt menyampaikan bahwa saran-saran yang diberikan oleh para stakeholder tentu saja akan menjadi pertimbangan oleh fakultas farmasi untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program studi S1 dan apoteker. Ia juga menyampaikan bahwa, kurikulum Prodi S1 dan Apoteker akan diintegrasikan satu sama lain sehingga apa yang didapatkan di S1 dapat menjadi bekal bagi mahasiswa untuk menjalani perkuliahan termasuk PKPA di program studi profesi apoteker.
Kegiatan kemudian diakhiri dengan penandatanganan MoU kerjasama antara Fakultas Farmasi dengan para stakeholder.
[:]